Rabu, 30 Januari 2013

BERBAGI ILMU

Melewati waktu bercermin pada kesederhanaan Rasulullah

Saudaraku yg dirahmati Allah.

Masihkah relevan dan indahkah pesan Rasulullah ini????
''Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan, selama mereka mau makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang.''

Banyak hikmah dalam pesan Rasulullah salah satunya adalah melatih diri untuk hidup sederhana, menikmati hidup dengan empati atau merasakan derita orang lain. Terlintas tanya kerinduan apa gerangan yang paling kita damba, kecuali rindu mereguk uswatun hasanah , meneladani hidup sederhana sebagaimana dicontoh-kan Rasulullah.


Mengutip catatan Toto Tasmara, Dengan hati bergetar penuh empati, beliau penuhi undangan para dhuafa. Dengan getaran cinta, ia belai rambut anak-anak yatim. Sikapnya yang welas asih pada semua makhluk, telah diabadikan para penempuh jalan. Ketika Allah menawarkan Gunung Uhud digubah menjadi emas permata, dengan hati lembut Rasulullah bersabda, ''Allahumma Ya Allah , jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketika lapar hamba dapat bersabar dan ketika kenyang hamba bersyukur kepada-Mu.''
Duh gusti, Langit seakan bergetar, angin dan samudera terdiam bisu. Betapa manusia pilihan yang di tangan kanannya tergenggam kekuatan matahari, di tangan kirinya terpancar kelembutan rembulan, hanya merintihkan doa permohonan seperti itu? Walau kerajaan dunia beserta kemewahannya bersimpuh, ia tak peduli.

Al Qamah RA memberi kesaksian bahwa Rasulullah tidur beralaskan tikar dari daun kurma kering. Ketika bangun, goresan tikar itu membekas di wajahnya. Kami berkata, ''Wahai Rasulullah, apabila engkau mau, kami akan membuatkan untukmu tempat peraduan.''Kemudian Rasulullah bersabda, ''Ada apa dengan dunia? Di dunia ini aku bagai seorang pengembara atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya.''

Jiwa merintih, mata nanar memandang sekitar. Betapa uswah Nubuwah tak lagi menyentuh hati. Hidup hanya menghamba dunia, akalnya mati, di gelap buta mata hati. Terpenjara ambisi nafsu tirani. Terpuruk dalam bayangan pepohonan fana, bayangan popularitas, harta dan jabatan, enggan meneruskan perjalanan baka.

Masihkah terdengar pesan indah Rasulullah ataukah sudah usang pesan Rasulullah dalam hadist diatas. Bukankah sederhana itu indah, melalaui kesederhanaan Rasulullah mengingatkan agar pelatihan spiritual dalam perjalanan hidup ini menjadikan kita mampu menguasai diri lahir dan batin. Ingatlah bahwa Hidup sederhana bukanlah miskin, belajar lapar bukanlah kelaparan.

Disisa umur yg dianugerahkan-Nya jangan kita lelah untuk belajar merindukan Rasulullah, meraih kebahagiaan luar biasa dengan meneladani sikap hidup Rasulullah, dengan mendesain diri menjadi hamba yg istiqamah, tangguh memiliki ghirah, . Kaya akan hikmah, tapi sederhana dalam penampilan. Kita jadikan sabar menjadi benteng kita, takwa pakaian kita. Menyantuni kaum dhuafa syiar kita. Zikir hiasan hidup kita, dan menggapai ridha Ilahi tujuan akhir kita. Bukankah sejarah telah menggoreskan cerita bahwa kita adalah umat raksasa yang pernah mengukir peradaban. Umat yang dicelup dengan sibhgah Ilahi. Menebar iman dengan cinta. Mengukir amal penuh prestasi, menjadikan hidup sarat arti. Memang berat tapi tidak ada yg tidak mungkin bila Allah membukakan jalan bagi kita hambanya yg senantiasa berikhtiar dan memohon pada-Nya. InsyaAllah ada jalan. Barakallah fikum.

http://www.usahakecilyangmenjanjikan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar